Easterfeeds, Jakarta – Ada kabar membanggakan nih dari dunia game developer Indonesia. Tim Flying Dutchman, yang beranggotakan mahasiswa muda berbakat dari Institut Teknologi Bandung (ITB), berhasil keluar sebagai juara pertama dalam ajang bergengsi Garena Game Jam 2. Acara ini digelar di Universitas Ciputra Surabaya pada Minggu, 26 Januari 2025.
Tim Flying Dutchman terdiri dari Muhammad Jafar Fadli (19), Luzhanifa Savina Yasmine (19), dan Izzah Imani (19). Dengan karya mereka yang diberi nama “Rotasella,” tim ini berhasil memukau para juri, termasuk tim developer global dari Garena. Penasaran kenapa mereka bisa menang? Yuk, simak cerita serunya!
Rotasella dan Keunikannya di Garena Game Jam 2
Nama “Rotasella” ternyata berasal dari bahasa Latin yang berarti kursi roda. Game ini bergenre puzzle adventure dengan gameplay unik yang bikin otak para pemainnya berputar-putar. Di game ini, pemain hanya menggunakan dua tombol untuk menggerakkan karakter. Tapi jangan salah, tombol-tombol itu juga jadi tantangan yang harus diatasi. Mekanik seperti ini membuat pemain harus berpikir keras saat mencoba mencapai pintu keluar di setiap level.
Para juri pun memberikan pujian khusus pada “Rotasella” karena konsepnya yang inovatif dan tantangannya yang seru. Meskipun terlihat sederhana, gameplay-nya bisa bikin pemain terkecoh, lho.
Baca Juga:
- Garena Game Jam Kembali! Siapkah Kamu Menciptakan Game?
- Roadmap dan Jadwal di FFNS 2025 Spring Lengkap!
- IGF 2024 Resmi Dibuka, Panggung Akbar untuk Gamer Indonesia
Fakta Unik dari Tim Flying Dutchman di Garena Game Jam 2
Muhammad Jafar Fadli, salah satu anggota tim, mengaku bahwa mereka tidak menyangka bisa menang. “Saya dari Teknik Telekomunikasi, Savina dari Bioengineering, dan Izzah dari Desain Komunikasi Visual (DKV). Awalnya kami merasa ragu karena latar belakang kami berbeda-beda,” kata Fadli.

Namun, perbedaan inilah yang menjadi kekuatan mereka. Dalam waktu 48 jam, mereka berhasil menciptakan game yang tidak hanya kreatif tetapi juga playable. Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah bug yang muncul saat game hampir selesai, dengan waktu tersisa hanya beberapa jam. “Waktu itu cukup bikin stres, tapi alhamdulillah kami berhasil menyelesaikannya tepat waktu,” tambah Fadli.
Kompetisi Sengit dengan 28 Game

Kompetisi ini diikuti oleh 130 peserta yang berhasil menciptakan 28 game hanya dalam waktu 48 jam. Selain Flying Dutchman, juara kedua diraih oleh Tim Sasalele dari Universitas Indonesia dengan game “Alien Brawl,” dan juara ketiga oleh Tim Noolean dari Universitas Diponegoro dengan “Rotary Poison.” Ada juga penghargaan Most Creative Team yang diberikan kepada Tim Wong Telu Wae dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya berkat game mereka, “The White Room.”
Peluang di Masa Depan
Sebagai juara, tim Flying Dutchman nggak cuma membawa pulang hadiah Rp15 juta, tapi juga kesempatan besar. Mereka akan memamerkan “Rotasella” di ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025. Acara ini bakal jadi momen penting bagi mereka untuk bertemu para pelaku industri game dari berbagai negara.
Semangat untuk Talenta Muda Indonesia
Garena Game Jam tahun ini nggak cuma jadi ajang kompetisi, tapi juga wadah bagi developer muda untuk belajar dan berkembang. Dengan adanya dukungan dari Garena Indonesia, talenta muda seperti Flying Dutchman bisa terus berkembang dan berkontribusi untuk kemajuan industri game dalam negeri.
Jadi, gimana nih pendapat kalian tentang prestasi Flying Dutchman? Siapa tahu cerita ini bisa jadi inspirasi buat kamu yang juga pengen berkarya di dunia game. Jangan lupa bagikan artikel ini supaya makin banyak yang tahu kalau talenta muda Indonesia itu luar biasa!